SEJARAH ISTANA BOGOR
ISTANA BOGOR
Istana Bogor merupakan salah satu di antara 6 buah
istana kepresidenan Republik Indonesia yang ada di Indonesia yang mempunyai
keunikan tersendiri, dibanding dengan istana lainnya, karena mempunyai aspek
historis, kebudayaan dan fauna yang menonjol. Pada saat ini Istana Bogor
hanya tinggal mempunyal aspek kebudayaan dan fauna, sebab berbagai upaya
kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi di sana, dan di samping itu khalayak umum
diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta ijin ke
Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.
Istana Bogor yang mempunyai bentuk arsitektur menawan ini telah
dibuka untuk kunjungan umum sejak tahun 1968 atas restu dari Bapak Presiden
Suharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya mencapai sekitar
10 ribu orang.
SEJARAH ISTANA BOGOR
Istana Bogor yang terkenal saat ini, dahulunya bernama Buitenzorg atau San Souci, hanya merupakan sebuah tempat pesanggrahan dari Gubernur
Jenderal G. W. Baron Van Imhoff yang luas halamannya mencapai 28.4 hektar dan
dengan luas bangunan 14.892 meter persegi. lstana Bogor ini dibangun pada bulan
Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga. Namun pada tahun 1834 beberapa bagian
dari istana itu roboh dan hancur akibat adanya gempa yang melanda daerah Bogor
dan sekitarnya karena meletusnya Gunung Salak.
Pada
tahun 1850, Istana Bogor
dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan
situasi daerah yang sering gempa itu. Pada tahun 1870, istana Bogor dijadikan
tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Belanda. Selama masa Gubernur
Jenderal Belanda maupun lnggris (DaendeIs Van der Cappelen dan Sir Thomas
Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan.
Istana Bogor sebagai tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal
Belanda maupun Presiden Republik Indonesia mempunyai bangunan induk dengan
sayap kiri serta kanan. Sebelumnya Istana Bogor dilengkapi dengan sebuah kebun besar, yang dikenal
sebagai Kebun Raya namun pada akhirnya sesuai dengan kebutuhan akan Pusat
Pengembangan Ilmu Pengetahuan tentang tanaman tropis, Kebun Raya dilepas dari
naungan istana (1817).
Bangunan
induk Istana Bogor
terdiri dari kantor pribadi Kepala Negara, Perpustakaan, Ruang makan, Ruang
sidang menteri-menteri dan Ruang pemutaran film, Ruang Garuda merupakan tempat
upacara resmi, ruang teratai, sayap tempat penerimaan tamu-tamu negara. Sedangkan
kanan dan kiri digunakan untuk ruang tidur tamu-tamu agung seperti Kepala
Negara/Pemerintahan, para menteri dan sebagainya. Bahkan pada tahun 1964
dibangun khusus untuk istirahat Bapak Presiden dan keluarganya, yang dikenal
dengan nama Dyah Bayurini.
Istana Kepresidenan Bogor
Istana Bogor terletak di pusat kota Bogor, Jawa Barat,
lebih kurang 60 km dari Jakarta. Komplek istana ini terletak di atas tanah
seluas sekitar 28 hektar, yang ditumbuhi oleh kira-kira 100 buah pohon besar. Di
halaman rumput yang membentang luas hidup bebas ratusan ekor rusa.
Pada 10 Agustus 1744, Gubernur Jendral G W Baron van
Imhoff mengadakan inspeksi ke daerah Cianjur, Jawa Barat, yang kemudian
menemukan tempat yang dianggap strategis dan cocok untuk beristirahat yaitu di
daerah Bogor.
Pada 1745, Gubernur Jenderal tersebut memerintahkan
untuk membangun sebuah gedung pesanggrahan dengan arsiteknya meniru bangunan
gedung Bleinheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat Oxford di Inggris,
dan bangunan ini diberi nama Buitenzorg, yang artinya "bebas
masalah/kesulitan".
Pada 1750-1754 pesanggrahan ini mengalami kerusakan
akibat serangan pasukan yang dipimpin oleh Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang yang
kemudian diadakan perbaikan dengan tetap mempertahankan bentuknya pada masa
Gubernur Jenderal Jacob Mossel.
Pada 1808-1811 Gubernur Jenderal Willem Daendels
menambah gedung di sebelah kiri dan kanan gedung induk, sedangkan gedung induk
dijadikan dua tingkat. Untuk menghias halaman yang luas itu, didatangkan dan
dipelihara enam pasang rusa yang berasal dari perbatasan India dan Nepal. Pada
masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826) terjadi
penambahan bangunan yaitu dibangunnya sebuah menara di tengah-tengah gedung
induk. Pada 10 Oktober 1834 terjadi gempa bumi yang mengakibatkan bangunan ini
rusak berat. Pada 1850, pada masa Gubernur Jenderal Duy Mayer van Twist, bangunan
lama dirubuhkan dan dibuat bangunan baru satu tingkat dengan gaya bangunan
Eropa abad kesembilan belas. Selain itu diadakan penambahan dengan dibangunnya
dua buah jembatan penghubung antara gedung induk dan gedung sayap kanan serta
sayap kiri, namun pada perkembangannya jembatan penghubung ini dirubah menjadi
koridor. Bangunan tersebut sempurna pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal
Pahud de Montanger (1856-1861). Pada 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai
kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda van
Starkenborgh-Stachower adalah orang terakhir yang menggunakan Istana
Buitenzorgh, yang kemudian menyerahkannya kepada pemerintah pendudukan Jepang
yang kemudian dikalahkan oleh tentara sekutu pada akhir Perang Dunia II.
Dengan adanya pernyataan kemerdekaan RI, kira-kira 200
pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat menduduki Istana
Buitenzorg dan mengibarkan bendera merah putih yang kemudian dipaksa
meninggalkan istana tersebut oleh tentara Gurkha. Pada akhir 1949 istana
Buitenzorg yang kemudian disebut Istana Bogor diserahkan Belanda kepada
Pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia mulai memakai Istana Bogor pada
Januari 1950. Pada 1952 di bagian depan induk ditambahkan bangunan tambahan yang
ditopang oleh sepuluh pilar bergaya Ionia, menyatu dengan serambi muka yang
ditopang oleh pilar berjumlah enam yang bergaya sama. Anak tangga yang semula
berbentuk setengah lingkaran diubah bentuknya menjadi lurus.
Istana Bogor adalah sebagai kantor dan kediaman resmi
Presiden. Beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang pernah terjadi di
Istana ini antara lain Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954,
pembahasan masalah konflik Kamboja yang dikenal dengan JIM pada 25-30 Juli 1988
dan pertemuan APEC pada 15 November 1994 serta peristiwa yang sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia adalah penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966.
Bangunan utama Istana Bogor disebut Gedung Induk,
didalamnya terdapat Ruang Teratai, Ruang Garuda, Ruang Film, Ruang Perak, Ruang
Kerja, Ruang Makan, Pantri dan beberapa ruang tidur serta ruang induk
melengkapi baik disayap kanan dan kiri.
Kecuali bangunan utama terdapat pula bangunan
perkantoran, polikklinik, pergudangan, pos jaga, ruang serba guna, museum dan
beberapa paviliun.
Di samping mengelola
Istana tersebut, Kepala Istana Bogor berkewajiban pula merawat tempat
peristirahatan Pesanggrahan Tenjoresmi di tepi laut Selatan, 110 kilometer dari
kota Bogor yang terletak didesa Pelabuhan Ratu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar